Kata angkringan sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Tempat makan khas ini bahkan telah memiliki banyak penggemar, terutama di
Dulunya, angkringan adalah tempat makan bagi para pekerja kasar yang bekerja hingga larut malam, seperti tukang becak, pedagang, hingga kuli panggul di sekitar
Suasana angkringan yang memang lain dari pada yang lain adalah salah satu daya tarik bagi pelanggan angkringan. Seperti halnya saat berbincang dengan sesorang pembeli, Dhita. Alasan dia makan di angkringan bukanlah harga yang murah, namun yang ia cari adalah suasana khas angkringan yang tidak dapat ditemukan di mana pun. Ini membuat dia dan kawan-kawannya selalu kembali datang untuk sekedar bercengkrama sambil menikmati teh kental, atau jahe panas, setelah jalan-jalan atau beraktifitas.
Lain lagi dengan Rudi. Dengan pakaian rapih dan mbil yang mengkilat, Rudi ikut nongkrong di angkringan untuk bertemu dangan rekan usahanya. Menurutnya, tempat yang beratmosfer nyaman ini lebih disenangi bukan untuk ngobrol ngalor-ngidul, melainkan untuk membicarakan masalah bisnis. "Lebih santai, tidak formil, dan lobi dapat berjalan dengan mulus," kelakarnya.
Angkringan yang sekarang memang telah banyak berubah. Selain sebagai tempat makan alternatif bagi yang biasa begadang, di Jogja angkringan menjadi tempat berkumpul dan ngobrol yang asyik. Sehingga dapat dengan mudah kita menemukan keberagaman karakter, budaya, suku, dan adat di sini, karena banyaknya para pendatang, terutama mahasiswa dari luar jogja. Bahkan dapat dikatakan, angkringan sekarang adalah miniatur kehidupan masyarakat yang ada di Jogja.
0 komentar:
Posting Komentar