Meskipun masih kental dengan tradisi Ngayugyokarto Hadiningratnya yang Jawa banget, Jogja yang pantas disebut sebagai taman mini Indonesia indah karena keragaman penduduknya, dengan tangan terbuka tetap merangkul segala nuansa kultur yang dibawa oleh para imigran ke tanahnya. Terkadang clash of civilization ini melahirkan anak-anak blasteran unik yang malahan menjadi ciri khas Jogja.
Pak To adalah sebuah studi kasus yang menarik untuk dibahas . . . dan dilahap tentu saja. Rumah makan yang terletak di Jl. Selokan Mataram depan Fakultas Kehutanan UGM ini memang contoh sukses asimilasi budaya ala Jogja.
Dari namanya kita nggak bakalan tahu kalau rumah makan yang satu ini punya leluhur dari Kampuang nan jauh di mato. Tapi begitu melihat isi etalasenya, ada beberapa barang bukti tak terbantahkan yang menyingkap identitas rahasia ini. Pertama ada rendang daging dan berbagai gulai ala Minang. Terus ada lalapan daun singkong rebus dan mentimun yang warung
Sedangkan yang didapat Pak To dari hasil serap-menyerap budaya adalah saus spesialnya yang membuat banyak orang jatuh hati. Meskipun warnanya coklat kemerahan, jangan sekali-sekali menganggap ini sambal karena rasanya yang - di luar dugaan - . . . MANIS! Coba, mana ada warung
Buat Anda yang menganggap rasa manis cuma untuk anak-anak, saya sarankan jangan menambahkan saus istimewa (yang mirip saus somay) ini ke dalam piring Anda, pasti nyesel. Tapi kalau Anda pecinta makanan manis, panjatkan puji syukur kepada Tuhan dan berbahagialah! Karena manisnya yang gurih dan legit itu pasti akan memanjakan dan membuai indra perasa Anda dengan maksimal.
Tapi sebenarnya yang membuat Pak To terkenal adalah ayam bakarnya. Senada dengan saus spesialnya, ayam bakar ini juga manis, gurih dan nikmat sekali untuk disantap. Kalau Anda tak suka manis, masih ada pilihan lain yang tak kalah nikmatnya, misalnya berbagai balado, mulai dari tahu,
Modifikasi sukses ala
1 komentar:
skrg msh ada kah pak to?katanya sdh ga ada lg diselokan mataran
Posting Komentar