a/ ;>

Pak To, Padang Vs Jawa yang Berbuntut Antrian Panjang

Minggu, 17 Agustus 2008


Meskipun masih kental dengan tradisi Ngayugyokarto Hadiningratnya yang Jawa banget, Jogja yang pantas disebut sebagai taman mini Indonesia indah karena keragaman penduduknya, dengan tangan terbuka tetap merangkul segala nuansa kultur yang dibawa oleh para imigran ke tanahnya. Terkadang clash of civilization ini melahirkan anak-anak blasteran unik yang malahan menjadi ciri khas Jogja.

Pak To adalah sebuah studi kasus yang menarik untuk dibahas . . . dan dilahap tentu saja. Rumah makan yang terletak di Jl. Selokan Mataram depan Fakultas Kehutanan UGM ini memang contoh sukses asimilasi budaya ala Jogja.

Dari namanya kita nggak bakalan tahu kalau rumah makan yang satu ini punya leluhur dari Kampuang nan jauh di mato. Tapi begitu melihat isi etalasenya, ada beberapa barang bukti tak terbantahkan yang menyingkap identitas rahasia ini. Pertama ada rendang daging dan berbagai gulai ala Minang. Terus ada lalapan daun singkong rebus dan mentimun yang warung Padang banget. Kalau masih belum yakin, sambal ijo (hijau) yang menjadi trademark warung Padang di seluruh dunia pasti bisa membuat Anda percaya.

Sedangkan yang didapat Pak To dari hasil serap-menyerap budaya adalah saus spesialnya yang membuat banyak orang jatuh hati. Meskipun warnanya coklat kemerahan, jangan sekali-sekali menganggap ini sambal karena rasanya yang - di luar dugaan - . . . MANIS! Coba, mana ada warung Padang yang makanannya manis? Di seluruh dunia pasti cuma Pak To! Selain itu ada lagi sambal mangga yang manis-asem-pedes-seger . . . enak!

Buat Anda yang menganggap rasa manis cuma untuk anak-anak, saya sarankan jangan menambahkan saus istimewa (yang mirip saus somay) ini ke dalam piring Anda, pasti nyesel. Tapi kalau Anda pecinta makanan manis, panjatkan puji syukur kepada Tuhan dan berbahagialah! Karena manisnya yang gurih dan legit itu pasti akan memanjakan dan membuai indra perasa Anda dengan maksimal.

Tapi sebenarnya yang membuat Pak To terkenal adalah ayam bakarnya. Senada dengan saus spesialnya, ayam bakar ini juga manis, gurih dan nikmat sekali untuk disantap. Kalau Anda tak suka manis, masih ada pilihan lain yang tak kalah nikmatnya, misalnya berbagai balado, mulai dari tahu, tempe, telur, terong, hingga kepala ikan. Tidak seperti ayamnya, yang ini dijamin pedas, dengan sedikit hiasan rasa manis-asam yang menambah selera.

Modifikasi sukses ala kota pelajar lainnya yang membuat Rumah Makan Pak To dicintai pelanggan adalah . . . harganya yang ekonomis! Rasanya sulit mencari warung Padang selevel Pak To yang pasang harga semahasiswa dan se-Jogja itu.

Dengan berbagai keunikan itu, wajar saja kalau rumah makan yang buka dari pagi hingga malam ini selalu dipadati pengunjung sampai mereka rela antri bak ular naga panjangnya untuk mengambil makanan. Masalah rasa masakan Padang keluar pakem yang unik dan menunjukkan status blasterannya itu, nampaknya malah membuat orang-orang suka. Teman-teman Padang saya banyak kok yang suka ke Pak To dan bahkan mengambil saus-spesial-manis-yang-nggak-Padang-banget itu banyak-banyak. Memang cuma di Jogja yang beginian bisa terjadi! (ang

1 komentar:

yenny mengatakan...

skrg msh ada kah pak to?katanya sdh ga ada lg diselokan mataran