a/ ;>

Sambut Kemenangan dengan Grebeg Syawal

Senin, 18 Agustus 2008

Setiap Idul Fitri, tradisi yang selalu dirayakan Kraton Jogja adalah Grebeg Syawal. Garebek yang pertama kali dilaksanakan pada masa Sultan Agung pada tahun 1613, selanjutnya Garebek disesuaikan dengan ajaran agama Islam yang membuatnya dilaksanakan pada hari-hari besar Islam. Pesta sebagai wujud rasa syukur setelah puasa sebulan penuh dalam Bulan Ramadhan serta menyambut fitrahnya Idul Fitri.

Perayaan grebegan dimuali pada jam 8 pagi. Diawali dengan arak-arakan gunungan dan prajurit Kraton dari Kemandungan menuju ke Alun-alun Utara. Hingga pada jam 10 pagi, arak-arakan tiba di Alun-alun Utara. Upacara grebegan ini melibatkan kurang lebih 600 prajurit Kraton yang ikut dalam arak-arakan. Prajurit-prajurit tersebut dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu Prajurit Daeng, Patangpuluh, Wirobrojo, Prawirotomo, Jogokaryo, Ketanggung, Nyutro dan Mantrijero. Kesemua prajurit tadi berbaris membentuk formasi suatu pagar betis yang menyambut gunungan yang diarak oleh para abdi dalem, Prajurit Bugis dan Prajurit Surokarso serta arakan kuda keluar dari Kraton.

Upacara dipimpin oleh kerabat Sultan, diawali dengan tembakan salvo, arak-arakan gunungan dibawa keluar dari Kraton menuju Masjid Gedhe Kauman. Sesampai di halaman Masjid, Gunungan diberkati oleh ulemas. Ribuan masyarakat menanti di halaman masjid untuk 'Ngalap Berkah', bersiap memperebutkan berbagai macam hasil bumi yang ada pada Gunungan. Setelah pemberkatan usai, ribuan masyarakat langsung menyerbu Gunungan dan berusaha mengambil hasil bumi tersebut.

Sesuai kepercayaan masyarakat Jawa, orang yang berhasil mendapat hasil bumi tersebut akan diberkati dengan kehidupan yang baik. Para petani menanam hasil rayahannya pada lahan, dengan harapan sawahnya akan subur. Masyarakat lain menggantungkan hasil bumi tersebut pada pintu rumah dengan harapan kehidupannya akan selalu dan bertambah baik. Kepercayaan ini masih tetap kuat bagi masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa masih setia dan percaya Karaton sebagi pusat pemerintahan Jogja sekaligus sebagai sumber energi yang dipercayai. Sedangkan Sultan masih sebagai sosok yang penuh kharisma dan menjadi kebanggaan masyarakat Jawa.

Selain dilakukan pada 1 Syawal, Grebegan juga dilakukan pada 12 Maulud, dan 10 Besar, yang bertepatan dengan pewringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan Idul Adha. Pada perayaan 12 Maulud, perayaan Grebegan terdiri dari 6 Gunungan. Terdiri dari 2 Gunungan Kakung (laki-laki), Estri (perempuan), Gunungan Dharat, Gepak, dan Gunungan Pawuhan. Satu gunungan kakung diarak dari Kraton Yogyakarta menuju Karaton Pakualaman. Pengantaran gunungan ini juga melibatkan arak-arakan prajurit kraton, kuda serta gajah menuju Kraton Pakualaman.

Arak-Arakan ini menjadi tontonan yang selalu ditunggu oleh warga Jogja. Sepanjang jalan menuju Kraton Pakualaman, yaitu Jl. P. Senopati dan Jl. Sultan Agung, selalu dipadati masyarakat yang ingin menonton arak-aralkan ini. Di Halaman Kraton Pakualaman juga sudah menunggu ribuan masyarakat jogja yang hendak memperebutkan Gunungan. Sesampainya Gunungan di Halaman Pakualaman, ribuan orang langsung memperebutkannya. Perayaan Grebegan selalu diikuti dengan perayaan pasar rakyat yang mengambil tempat di halaman Pakualaman selama beberapa
hari.

0 komentar: