a/ ;>

Semangat Bermain Karawitan, Siapa Bilang Generasi Muda Tak Lagi Mengenal Warisan Budaya

Senin, 18 Agustus 2008


Semangat Bermain Karawitan, Siapa Bilang Generasi Muda Tak Lagi Mengenal Warisan Budaya

Celetukan banyak orang yang mengatakan bahwa generasi muda masa kini tak lagi mengenal kebudayaan yang merupakan warisan dari leluhur nampaknya perlu ditilik lagi. Lihat saja siswa-siswa SD Negeri Klodangan, Gamelan, Mrebah, Sleman. Kepiawaian mereka dalam memainkan alat musik tradisional gamelan mampu membuat penonton merinding berdecak kagum. Ini adalah salah satu bukti bahwa mereka yang hidup di tengah jaman permainan game ini masih mencintai budaya nenek moyang. Wajah mereka tak kalah ceria dengan saat bermain game.

Permainan lagu-lagu dolanan mulai dari 'Jaranan' hingga 'Suwe Ora Jamu' mereka mainkan sempurna lengkap dengan improvisasinya, pada panggung gembira, Minggu (26/11). Satu anak bahkan tak hanya mampu menguasai satu alat musik. Mereka berputar dan bergantian memainkan alat musik lain seperti bonang, kendang, gong dan sebagainya. Pada beberapa lagu, penonton tak hanya disuguhi oleh suara sang vokalis. Para pemain musik yang didominasi siswa laki-laki menambah meriah suasana dengan turut menimpali nyanyian serta memainkan gerakan tangan ketika sedang tidak mendapat giliran menabuh. Tak heran memang bila kelompok pimpinan Puthut Santosa Nugroho ini menyabet juara pertama pada lomba karawitan se-Jogja di Taman Budaya pada awal November lalu.

Pada pentas hasil kerjasama Taman Budaya Jogja dan Balai Budaya Minomartani ini mereka menampilkan komposisi Sandiya Kala. Karya ciptaan dari sang pelatih sendiri tersebut mengambil cerita tentang suasana sore hari dimana anak-anak biasa bermain di luar rumah. Tentang karya ciptaannya yang kedua ini, Puthut mengaku hanya butuh waktu satu bulan untuk menyiapkan siswa didiknya menuju perlombaan. Hasilnya sungguh mengagumkan, dua puluh siswa yang terdiri dari delapan belas pemain musik dan dua vokalis tampil maksimal mementaskan satu komposisi yang notasinya mencapai lima halaman tersebut.

Secara keseluruhan anggota karawitan SD Klodangan ini sebenarnya mencapai lima puluh orang, namun tidak semua dapat diikutkan dalam setiap pentas. Mereka bergantian pada setiap kesempatan pentas. "Biar semua kebagian," ungkap pelatih yang pada usia ke-25 telah memimpin tiga kelompok karawitan ini.

Lelaki jebolan ISI Jurusan Pedalangan ini mengaku bahwa antusiasme anak-anak terutama di SD yang ia pimpin cukup tinggi. Rata-rata memang benar-benar tertarik dengan gamelan. Salah satu contohnya adalah Janu yang kini duduk di kelas 4. Menurut sang ibu, anak ini sejak kecil memang sangat mencintai alat musik gamelan. Bahkan ia mempunyai mainan gamelan tiruan yang sering ia tabuh sejak balita. Kalau anak kecil saja berani mencintai seni tradisi kenapa orang dewasa harus malu?

0 komentar: