a/ ;>

Wingko Susilowati, Gunakan Hasil Desa Sendiri

Senin, 18 Agustus 2008


Berawal dari keinginan untuk menggunakan hasil desanya secara maksimal, Ibu Susilowati kini berhasil membangun usahanya sebagai pembuat wingko babat. Desanya yang terletak di Wates, Kulon Progo, mempunyai hasil pertanian yang cukup bisa diandalkan. Terlebih lagi, suaminya mempunyai lahan yang ditanami beras ketan. Dengan segala hasil tersebut, berdirilah usaha di bawah nama bendera Wingko Susilowati.

Ibu Susilowati sendiri awalnya juga tak tahu menahu tentang seluk beluk wingko. Yang ia tahu hanyalah bahwa makanan yang berbahan dasar tepung ketan, kelapa dan gula pasir ini merupakan khas Semarang . Akhirnya, cuma dari mecicipi saja, ia kemudian berusaha membuat wingko sendiri. "Bahkan saya pun sampai sekarang belum pernah mencicipi winko yang asli Semarang," aku ibu 1 anak ini.

Pada awal berdirinya tahun 1990, Winko Susilowati ini dipasarkan dengan cara dititipkan ke toko oleh-oleh di Kulon Progo. Ibu Susilowati sendiri yang memasarkannya dengan cara berkeliling dengan motor bebeknya. Jika tak kenal maka tak sayang. Prinsip ini yang dipegang Ibu Susilowati. Oleh karena itu, ia berusaha keras untuk memperkenalkan wingkonya pada masyarakat. Pada akhirnya ketika masyarakat sudah mengenal, mereka akan mencari sendiri Wingko Susilowati. Dan akhirnya Ibu Susilowati membuka kios sendiri di Jl. Kol. Sugiono No. 41 Wates, Kulon Progo. Dan beberapa tahun kemudian membuka cabang di Jl. Menukan MG III/972, Karangkajen, Jogja.

Menurutnya keunggulan dari Wingko Susilowati adalah bahan-bahannya yang ia ambil dari lingkungan sekitarnya. Ia mengetahui pasti kualitas bahan yang digunakan. Wingko Susilowati mempunyai rasa yang pas. Wingko yang dihasilkan tidak begitu keras, masih ada empuk-empuknya. Untuk rasa manisnya pun juga pas, tidak terlalu manis. Untuk produksinya, wingko ini membutuhkan waktu sekitar 4 jam hingga selesai di oven. Dalam beberapa kesempatan, jika cara membuatnya ada yang kurang, rasa tepung mentah pada wingko masih bisa terasa, namun hal ini tidak terjadi pada Wingko Susilowati. Ibu Susilowati sendiri cukup senang bisa sedikit membuka lapangan kerja untuk tetangga-tetangganya. Saat ini sekitar 22 orang yang membantu proses produksi yang semuanya adalah orang di daerahnya.

Wingko yang ditawarkan ini mempunyai masa kadaluarsa hingga 5 hari. Cukup pas untuk dijadikan hantaran ke luar kota. Wingko Susilowati ditawarkan dengan harga Rp 10.000,- untuk 1 dos yang berisi 12 biji. Selain wingko, Ibu Susilowati juga memproduksi kue kacang, namun ini diakuinya hanya sebagi selingan saja. Kue kacang ini ditawarkan dengan harga Rp 6.500,- dan bisa tahan hingga 1 bulan.

Saat ini Ibu Susilowati sudah merasa cukup senang karena usahanya bethaun-tahun sudah menjadi usaha yang stabil. Hanya kendala yang ia rasakan adalah seringnya naik-turun harga bahan makanan. Ketika harga bahan pokoknya untuk membuta wingko naik, ia tidak tega untuk menaikkan harga jual wingko, karena sering terjadi beberpa waktu kemudian harga bahan pokok kembali normal. Inilah yang saat ini selalu membuatdirinya pusing. Tapi satu yang paling menghiburnya adalah hasil usahanya kini sudah bisa menghidupi keluarganya.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

thanks udah ngenalin produk sidomulyo. bagi yang mau tau lokasi tempat produksi wingko di dusun pendem rt 10 rw 04, sidomulyo, pengasih, kulon progo, yogyakarta.

thanks,
nadhif amsaina
BELA BELI KULON PROGO

Unknown mengatakan...

Selamat sukses Wingko susilowati
Tolong berbagi ilmu
Kasih resep Wingko ala b susilowati
Terimakasih